02 Desember 2008

Beberapa segi suatu teori

Ada beberapa hal yang berhubungan suatu teori dalam penelitian kualitatif antara lain pengertian dan fungsi teori, bentuk formulasi suatu teori, teori substantif dan teori formal dan unsur-unsur suatu teori.

Definisi Teori.
Snelbecker (1974:31) menangartikan teori sebagai seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Sehingga membagi empat fungsi dari teori yaitu :
  • Mengsistematiskan penemuan-penemuan penelitian.
  • Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban.
  • Membuat ramalan atas daar penemuan
  • Menyajikan penjelasan dan dalam hal ini, untuk menjawab pertanyaan mengapa.
Sedang Mark dan Goodson (1976:235) sebagai aturan yang menjelaskan proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas referesentasi simbolik dari a).hubungan yang bisa diamati diantara kejadian-kejadian. b). mekanisme atau struktur yang diduga mendaari hubungan demikian. c).hubungan yang disimpulkan serta manefestasi hubungan empiris apapun secara langsung.

Bentuk formulasi teori.
glasser dan staruss (1980:31) untuk keperluan penelitian kualitatif yang dikenal dengan teori dari dasar penyajian suatu teori dapat dilaksnakan dalam dua bentuk : a). penyajian dalam bentuk seperangkat proposisi atau secara proposional b). dalam bentuk diskusi teoritis yang memanfaatkan kategori konseptual dan kawasannya.

Teori substantif dan teori formal.
Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan. sedang teori formal teori untuk keperluan atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan.

Unsur-unsur teori
unsur teori dibentuk melalui analisa perbandingan meliputi, a). kategori konseptual dan kawasan konseptual. b). hipotesis kerja atau hubungan generalisasi diantara kategori dan kawasannya. c). integrasi

Landasan teoritis penelitian kualitatif

Pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif adalah sebuah fenomenologi sedangkan yang lainnya yaitu interaksi simbolik, kebudayaan dan etnometodologi diajadikan sebagai dasar tambahan yang melatar belakangi secara teoritis penelitian kualitatif. Bogdan Biklen mengistilahkan dengan paradigma sebagai kumpulan longgar tentang asumsi secara logis dianut bersama, konsep atau preposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian.
Fenomenologi
Fenomenologi (Huserl) diartikan sebagai : 1). Pengalaman subjectif atau pengalaman fenomenologikal. 2). Suatu studi tentang kesadaran dari prespektif pokok dari seseorang. bisa dikatakan fenomenologi dibgunakan sebagai prespektif filosopi dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Ada beberapa ciri pokok fenomeologis yang dialkuakn oleh peneliti fenomenologis yaitu :
  1. Fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan naturalisme yaitu yang disebut objectivisme dan positivisme yang telah berkembang sejak jaman renaisans.
  2. Secara pasti fenomenologis cenderung memmastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Huserl dengan 'evidenz' yaitu sebuah kesadaran tentang suatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya dan mencakup untuk suatu dari segi itu.
  3. Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya.
Interaksi simbolik
Interaksi simbolik yang berapendapat bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran. Jadi penafsiran itu menjadi esensial. interaksi simbolik menajdai paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan pisik lainnya.
Grounded theory (Glaser dan Strauss)
Bependapat suatu teori muncul dari data atau sebuah pendekatan metode penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat prosedur sistematik untuk mengembangkan teori dari dasar uyang dieproleh secara induktif tentang suatu fenomenon. Ada bebrapa strategi analisis kunci antara lain :
  • Koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga untuk menguraikan implikasi dan rincian dari kategorinya.
  • Memoing adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari peneliti sewaktu hal-hal itu muncul selama studi.
  • Diagram terpadu dan sesi digunakan untuk menarik seluruh rincaian menajdi satu, untuk membantu agar data itu menjadi berarti dengan mengarahkan diri kepada teori yang muncul.

14 Oktober 2008

METODE ILMIAH

A. Pengetahuan
Bahwa manusia itu tahu sesuatu, tidak ada yang menyangkal. Manusia tahu akan dunia sekitarnya, akan dirinya sendiri, akan orang lain. Manusia tahu yang baik dan yang buruk, yang indah dan yang tidak indah, yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Menurut para ahli filsafat ada empat gejala tahu pada manusia, yaitu :
1. Tidak dari permulaan manusia itu tahu
Rasa ingin tahu manusia disebabkan karena rasa kagum dan heran terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya.
2. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar
Tahu yang tidak benar disebut keliru dan pemuas ingin tahu itu hanyalah kebenaran walaupun tidak mudah menganalisis apakah kebenaran itu.
3. Tahunya manusia tentang sesuatu bukanlah suatu bekal yang dibawa sejak lahir
Yang mengelilingi manusia dan yang ingin diketahi manusia adalah dunia seisinya, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang sekarang ada maupun yang tidak ada, yang mungkin maupun yang tidak mungkin tetapi yang tidak mengandung kemustahilan sehingga mungkin akan ada.
4. Manusia yang tahu itu, tahulah bahwa ia tahu
Manusia tahu benar bahwa ia tidak tahu sesuatu, maka bertanyalah ia, misalnya kepada orang lain. Mungkin juga ia mengira bahwa ia tahu, tetapi pada suatu ketika ia tahu bahwa ia keliru.
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare.
B. Ilmu Pengetahuan
Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-gejala alam.
Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang obyek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method), dan sistem tertentu. Yang dimaksud kebenaran ilmu pengetahuan atau yang disebut dengan kebenaran keilmuan/kebenaran ilmiah adalah pengetahuan yang jelas dari suatu obyek materi yang dicapai menurut obyek forma (cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai dan ditunjang oleh system yang relevan. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Science tidaklah menghiraukan kegunaanya. Hakekat science yang utama adalah sebagai suatu metode pendekatan terhadap keseluruhan dunia empiris, yakni dunia kenyataan yang dapat dikenal manusia melalui pengalamannya. Science tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran yang mutlak tetapi selalu bersifat relative dan temporer/sementara atau tentatife. Tujuan science yang sebenarnya adalah untuk memahami dunia ini dan seisinya.
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten).
Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas :
1. Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris.
Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
2. Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis.
Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.
3. Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat.
Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.
C. Metode Ilmiah
Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Menurut A. Nashrudin, S.IP, M,Si (dossuwanda.wordpress.com ), Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
4. Menggunakan hipolesa
5. Menggunakan ukuran objektif
6. Menggunakan teknik kuantifikasi
Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi tujuh tahap, yaitu :
1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
3. Menyusun hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan.
Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6. Menguji kesimpulan.
Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
7. Menulis laporan Ilmiah.
Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada orang lain sehingga orang lain tahu bahwa kita telah melakukan suatu penelitian ilmiah.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1. Rasa ingin tahu
2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)
D. Penelitian / Riset
Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.
Research, menurut The Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1961) ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan.
Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1969) riset adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: (Abisujak, 1981)
1. Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama.
2. Bertujuan meningkatkan, memdofikasi dan mengembangkan pengetahuaN(menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan)
3. Dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata
4. Dapat disampaikan (dikomunikasikan) oleh peneliti lain
5. Dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh peneliti lain
E. Penelitian Ilmiah
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain)
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4. Obyektif, artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
5. Replikatif, artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
F. Jenis-Jenis Penelitian Ilmiah
Ada tiga tingkatan penelitian ilmiah untuk sampai kepada perwujudan ilmu/teori, yaitu :
1. Penelitian Eksploratif
Penelitian ekploratif adalah penelitian dalam untuk upaya mencari masalah/menjajagi masalah.
2. Penelitian Pengembangan
3. Penelitian Verifikasi
Adapun penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, misalnya:
Daftar Pustaka
Wiratha, I Made. 2005. Pedoman Penulisan : Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nasution, S. 2006. Metode Risearch. Cetakan 8. Jakarta : Bumi Aksara.
Arifin, E. Zaenal. 1987. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan 8. Jakarta: PT Gramedia.
Sutrisno dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Yrama Widya.
Djuharie, O. Setiawan. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis: Resensi, Laporan Buku, skripsi, Tesis, Artikel, Makalah, Berita, Essei, Dll. Bandung. Yrama Widya.
Sutano, H. Purwo dan Yuli Pratomo Akhadi. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah aliyah Kejuruan ( MAK). Klaten: Saka Mitra Kompetensi.
Rusdi, Ibnu. 2008. “Pengertian Penelitian: Pengertian, Tujuan, Implikasi dan Langkah-Langkah Penelitian ” : http://ibnurusdi.wordpress.com/2008/04/06/pengertian-penelitian/
Andi. 2008. ” Metode Ilmiah “.
Nashrudin, A. 2008. ” Apakah yang Dimaksud dengan Metode Ilmiah ” : http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/

Langkah-langkah penelitian

Dulu kalau kita mendengar penelitian, orang sering membayangkan suatu kesibukan di laboratorium dan penelitian kerap kali menjadi kegiatan yang dimonopoli para ahli. tapi sangat disayangkan kalau anggapan itu menimpa para mahasiswa, mereka lupa kalau semua orang harus meneliti, karena hanya dengan penelitian ilmu dapat dikembangkan secara ilmiah.

kita  tentunya sudah memahami tentang metode ilmiah dan penelitian ilmiah. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa penelitian ilmiah berusaha untuk menemukan, mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan selalu melakukan penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang.

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
  2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
  3. Membangun sebuah bibliografi.
  4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
  5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
  6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data
    atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
  7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok
    dasar dalam masalah.
  8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
  9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
  10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
  11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
  12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
  13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
  14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
  15. Menulis laporan penelitian.
Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) memberikan 5 langkah berikut:

1. Tentukan judul
Judul dinyatakan secara singkat.

2. Pemilihan masalah
Dalam pemilihan masalah ini harus:
  • Nyatakan apa yang disarankan oleh judul.
  • Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum.
  • Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal- hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.
3. Pemecahan masalah.
Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:
  • Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah.
  • Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
  • Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan
  • Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan.
  • Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
  • Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase penelitian.
4. Kesimpulan
  • Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin diperoleh
  • Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi.
5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah
Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah.

Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal disimpulkan balnwa penelitian dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya.

5.2. Mengadakan studi kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.

5.3. Memformulasikan hipotesa
Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.

5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcnguji’an hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia. Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.

5.5. Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya.

5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi
Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.

5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.

5.8. Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat
laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.

Sedangkan menurut Suryabrata (1989) langka-langka penelitian meliputi 11 langkah, yaitu :
1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian

1.1 Identifikasi Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat bersumber dari :
a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
b. Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan selintas
e. Pengalaman pribadi
f. Perasaan intuitif

1.2 Pemilihan masalah penelitian
Dalam memilih masalah penelitian ada 2 hal yang perlu dijadikan pertimbangan yaitu :
a. Pertimbangan dari arah masalahnya
b. Pertimbangan dari arah calon peneliti

1. 3 Perumusan masalah penelitian
a. Perumusan hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
b. Rumusan hendaklah padat dan jelas
c. Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

2. Penelaahan Kepustakaan

a. Penelaahan sumber-sumber yang berupa buku
b. Pemilihan berdasarkan pada prinsip:
1. Relevansi
2. Kemutakhiran ( kecuali studi sejarah )

c. Penelaahan sumber-sumber yang berupa laporan hasil penelitian. Penilikan berdasarkan atas prinsip :
1. Relevansi
2. Kemutakhiran
3. Bobot

3. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis hendaklah mempertimbangkan:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data menguji kebenaran hipotesis itu.

4. Identifikasi, Klasifikasi dan Pendefinisian Variabel
a. Mengidentifikasi variabel.

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti
b. Mengklarifikasi variabel
Berdasarkan proses kauantifikasinya, variabel digolongkan menjadi:
1. Variabel nominal
2. Variabel ordinal
3. Variabel interval
4. Variabel rasio

Berdasarkan atas fungsinya dalam penelitian variabel dibedakan menjadi:
1. Variabel tergantung
2. Variabel bebas
3. Variabel moderator
4. Variabel kendali
5. Variabel rambang

c. Merumuskan definisi operasional variabel-variabel

Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi)
1. Yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang didefinisikan itu terjadi
2. Yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali menunjuk kepada alat pengambil datanya)

5. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data
Alat pengambil data harus memenuhi syarat-syarat:
1. Validitas
2. Reliabilitas
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan

Dari beberapa pendapat para pakar yang telah disebutkan di atas dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian dibagi dalam empat fase/tahap kegiatan, yaitu :
1. Persiapan
2. Pengumpulan data/informasi
3. Pengolahan data/informasi
4. Penulisan laporan penelitian

Pada intinya langkah-langkah penelitian sama dengan langkah-langkah dalam metode ilmiah. Bagi penelitian remaja atau penelitian yang dilakukan oleh siswa SLTP dan SLTA dapat digunakan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian
Yaitu menetapkan masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa obyeknya. Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian ( research question), yaitu pertanyaan yang belum dapat memberikan penjelasan yang memuaskan berdaarkan teori (hokum/dalil) yang ada.

Ada beberapa hal yang diperlukan dalam menemukan suatu masalah pada suatu kegiatan, yaitu mengamati apakah yang seharusnya terjadi memang terjadi seperti yang dimaksud ataukah tidak; apakah terdapat pandangan, pendapat atau sikap yang berbeda terhadap hal yang sama; dan memperkirakan apakah yang akan timbul sebagai akibat sekiranya proses yang biasa itu diubah, ditiadakan atau diganti.

2. Telaah Kepustakaan
Penelitian dimulai dengan penelusuran/telaah pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.

3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat sementara yang dianggap benar sebelum dapat diuji kebenarannya, karena itu hipotesis perlu dirumuskan secara teliti, terinci dan baik sebab bukan tidak mungkin hipotesis yang dituliskan merupakan jawaban yang sebenarnya terhadap permasalahan penelitian. Merumuskan hipotesis yang baik sangat berguna untuk menjelaskan masalah, petunjukpemilihan metodologi yang tepat dan menyusun langkah dan pembuktian penelitian.

Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.

Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah, logis tumbuh dari atau ada hubungannya dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang dijelajahi oleh peneliti remaja; jelas, sederhana, dan terbatas; dan dapat diuji. Kegagalan merumuskan hipotesis yang baik akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris (pengalaman pengamatan).

3.1 Rumusan Hipotesis
Ada beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis, diantaranya adalah :
a) Hipotesis dirumuskan dalam kalimat berita, bukan dalam kalimat tanya.
b) Hipotesis harus jelas tidak bermakna ganda.
c) Hipotesis dirumuskan secara opreasional sehingga memudahkan pengujiannya.
Misalnya, hipotesis yang berbunyi : “ Laku penampilan guru yag baik berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa” kurang operasional dibandingkan misalnya “ Sikap guru yang demokratis akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa “.

3.2 Macam-Macam Hipotesis
Macam-macam hipotesis yang sering dijumpai adalah :

a) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis “lukisan”, menunjukkan dugaan sementara bagaimana (how) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variable-variabel itu terjadi. Hipotesis ini menggambarkan karakteristik suatu sample menurut variable tertentu.
Contoh :
Proporsi mahasiswa yang kaya hasrat untuk maju yang menyusun tesis bermutu lebih banyak daripada yang miskin hasrat untuk maju.

b) Hipotesis Argumentasi
Hipitesis “penjelasan” , menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variable-variabel itu terjadi. Hipotesis ini merupakan pernyataan sementara yang diatur secara sistematis sehingga salah satu pernyataan merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan yang lainnya (antiseden).

c) Hipotesis Kerja
Merupakan hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-akibat dari suatu variable yang menjadi penyebabnya. Jadi hipotesis ini menjelaskan suatu ramalan bahwa jika suatu variable berubah maka variable tertentu akan berubah pula.
Rumusan Hipotesis Kerja ( H1 ) :
(1) Jika………….., maka………………..
Contoh :
H1 : Jika orang banyak makan, maka berat badanya akan naik
(2) Ada perbedaan antara……….. dan ……………….
Contoh :
H1 : Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.
d) Hipotesis Nol / Hipotesis Statistik
Hipotesis statistic bertujuan memeriksa ketidakbenaran suatu dalil/teori dengan perangkat statistic/matematik, yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah. Hipotesis nol kebalikan dari hipotesis kerja.
Rumusan hipotesis nol ( H0 ) :
(1) Tidak ada perbedaan antara ……………. dengan …………………
Contoh :
H0 : Tidak ada perbedaan antara siswa tingkat I dengan iswa tingkat II dalam disiplin belajar.
(2) Tidak ada pengaruh ……………… terhadap ………………….
Contoh :
H0 : Tidak ada pengaruh jarak rumah ke sekolah terhadap kerajinan siswa berangkat ke sekolah

4. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi ( H. Purwo Sutanto & Yuli Pratomo Akhadi : 2007). Peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian. Misalnya, apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi obyek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian.

Ada beberapa jenis variabel yang dipakai dalam penelitian, yaitu antara lain :
a. Variabel Variabel Bebas atau Variabel Penyebab (Independent Variable), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain atau diduga sebagai penyebab timbulnya variabel yang lain. Variabel bebas disebut juga variabel X.
b. Variabel Tergantung atau Variabel Terikat (Dependen Variable), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat disebut juga variabel Y.
Dalam contoh penelitian di atas susu merupakan variabel bebas ( X )dan berat badan merupakan variabel terikat ( Y ).
c. Variabel Moderator, yaitu variabel-variabel atau factor-faktor lain yang mempengaruhi jalanya penelitian.
d. Variabel Kontrol, yaitu variabel yang dikontrol oleh peneliti untuk menetralkan pengaruhnya terhadap variabel tergantung.

Misalnya, jika peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa kelas X SMK yang diajar dengan strategi problem solving dengan siswa yang diajar dengan metode latihan ?
Maka yang dijadikan sebagai variabel moderator misalnya adalah sarana belajar mengajar, kemampuan dasar siswa, latar belakang siswa, lingkungan belajar siswa, dan lain-lain. Sedangkan variabel kontrolnya berupa siswa kelas X SMK yang tidak diajar dengan metode problem solving maupun metode latihan.

5. Merumuskan Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel tidak menjelaskan definisi variabel secara istilah seperti dalam kamus, tetapi menjelaskan definisi atau pengertian variabel yang dikehendaki oleh peneliti. Misalnya, jika ada variabel hasil belajar siswa maka definisi operasional variabel yang dikehendaki peneliti adalah skor tes harian siswa, skor tes semester siswa dan lain-lain.

6. Menetapkan Rancangan Penelitian / Desain Penelitian
Apakah desain eksperimen itu ? Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang diperlukan atau berhubungan dengan persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.

Desain penelitian atau rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.

7. Menetapkan Populasi dan Sampel
Populasi didefinisikan sebagai himpunan atau kelompok (yang lengkap atau sempurna) dari semua unit penelitian yang mungkin. Jumlah populasi dapat diketahui ataupun tidak dapat diketahui. Jadi populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Obyek penelitian terdiri dari unit-unit penelitian. Unit penelitian dapt berupa orang (individu), rumah tangga, kelompok, organisasi,lembaga dan lain-lain. Populasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Populasi Target adalah populasi yang merupakan sumber informasi representative yang diinginkan.
b. Populasi Contoh atau Populasi Sampel ( populasi Penelitian) adalah populasi dari mana suatu contoh atau sampel benar-benar diambil.

Misalnya, seorang peneliti ingin mempelajari kependudukan di Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil sampel di tiga kabupaten/kota di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes. Dalam hal ini, penduduk Jawa Tengah populasi target dan penduduk di tiga kabupaten/kota merupakan populasi sampel.
Sampel atau contoh adalah anggota populasi yang dianggap dapat mewakili obyek penelitian.

8. Menentikan Alat Pengambil Data atau Instrument Penelitian

9. Pengumpulan Data

10. Pengolahan dan Analisis Data

11. Menulis Laporan Penelitian

Pustaka
Wiratha, I Made. 2005. Pedoman Penulisan : Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nasution, S. 2006. Metode Risearch. Cetakan 8. Jakarta : Bumi Aksara.
Arifin, E. Zaenal. 1987. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan 8. Jakarta: PT Gramedia.
Sutrisno dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Yrama Widya.
Djuharie, O. Setiawan. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis: Resensi, Laporan Buku, skripsi, Tesis, Artikel, Makalah, Berita, Essei, Dll. Bandung. Yrama Widya.
Sutano, H. Purwo dan Yuli Pratomo Akhadi. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah aliyah Kejuruan ( MAK). Klaten: Saka Mitra Kompetensi.
A. Nashrudin, S.IP, M,Si . 2008. Apakah yang Dimaksud Metode Ilmiah. http://dossuwanda.wordpress.com/.
- 2008. ” Kerja Ilmiah ”. http://sma-pgri-cianjur.blogspot.com/.
Rusdi, Ibnu. 2008. ” Pengertian Penelitian.” http://ibnurusdi.wordpress.com/
Supardi. 2008. ” Penelitian Eksperimen 2: Penelitian Eksperimen Bagian II ”. http://mariacholifah.blogspot.com/2008/03/penelitian-eksperimen_30.html

08 September 2008

PROPOSAL SEBAGAI RANCANGAN PENELITIAN


Seorang peneliti yang akan melaksanakaan penelitian jelas harus mengadakan persiapan, baik Persiapan fisik, administratif maupun persiapan secara teoritis. Selain harus membuat keputusan-keputusan dalam penelitian yang salah satunya dalam bentuk proposal penelitian.

Istilah lain proposal research design dapat dimaknakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
  • Salah satu kata design adalah rencana yang dapat diartikan pola, potongan, bentuk, model tujuan dan maksud (Echol, Hasan Shadily, 1976:177)
  • Reseach design diartikan sebagai tahap perlakuan sebelum dan sesudah eksperimen (Campbell & Stanley, 1966)
  • Tahap-tahap pelaksanaan pengumpulan data dengan membagi kedalam beberapa tahap : orientation, personal development history dan perspective (Chism, 1984:52-53)
  • Lincoln & Guba (1985:226) mendefinsisikan proposal sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing.
Komponen proposal penelitian.

Lincoln & Guba (1985:224-228)
mengemukana ada sepuluh komponen penelitian :
  1. Penentuan fokus penelitian : penentuan fokus membatasi studi berupa penentuan tempat penelitian dan penentuan fokus secara efektif menetapkan kriteria inklusi-eklusi untuk menyaring informasi yang mengalir masuk.
  2. Penentuan kesesuaian paradigma dengan fokus, belum adanya alat ukur untuk mengukur kesesuain paradigma sehingga peneliti harus mengajukan pertanyaan berdasarkan aksioma yang antara lain : 1). Apakah fenomena yang diwakili oleh kerumitan jamak itu suatu konstruksi ? 2). Apa derajat hubungan peneliti-fenomena dan apa derajat ketidakpastian yang akan diperkenalkan kedalam penelitian? 3). Apa derajat kebebasan konteksnya? 4). Apakah kiranya beralasan untuk mempersoalkan hubungan kausal konvensional itu sehubungan dengan unsur fakta yang diamati?
  3. Penentuan kesesuaian paradigma dengan teori substantif yang membimbing studi, jika suatu teori muncul dari data, maka harapannya ialah teori itu taat asas dengan paradigma metodologis yang sesuai dengan harapannya. hal ini jadi persoalan apablila teori yang digunakan untuk diuji peneliti sehingga penelaahan kesesuaian perlu diperhitungkan dalam proposal penelitian.
  4. Penentuan darimana dan dari siapa data dikumpulkan : penentuan tempat penelitian dan satuan kajian, kemudian merancang sampel bertujuan.
  5. Penentuan tahap-tahap penelitian : mengetahui sesuatu yang perlu diketahui, tahap eksplorasi fokus dan tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan
  6. Penentuan teknik penelitian : berdasarkan schedul penelitian, situasi dan penelitianya bersifat individu atau tim, serta persyaratan penggunaan yang mengacu teori dasar dan jenis teknik lain yang mungkin diperlukan.
  7. Perencanaan pengumpulan dan pencatatan data : dapat dilihat dari dimensi ketepatan dan struktur.
  8. Perencanaan prosedur dan pelaksanaan analisis data: analisis data telah dimulai sejak pertama tiba pada latar penelitian.
  9. Perencanaan perlengkapan penelitian yang dapat dikelompokan kedalam lima kategori : satu, pertimbangan logistik secara keseluruhan sebelum penyelenggaraan penelitian (sponssor penelitian, jadwal penelitian rinci, pembiayaan, penelitian lembaga harus ada pengarah, tahap persiapan), Dua, pengadaan perlengkapan sebelum terjun kelapangan (pengaturan siapa yang mengsurvei pendahulu, adanya pengantian penjadwalan bergiliran, selain harus ada peneliti yang asli orang setempat selain perlengkapan penelitian) ketiga, perencanaan perlengkapan sewatu berada dilapangan, keempat, penyiapan logistik sesudah kegiatan lapangan dan kelima perencanaan logistik mengakhiri dan menutup.
  10. Perencanaan untuk pemeriksaan keabsahan data, dengan menjawab beberapa pertanyaan lanjutan :
  • Sejauhmanakah hubungan dalam rangka memenuhi perpanjangan keikutsertaan telah berlangsung?
  • Bagaimanakah mengatur kegiatan wawancara atau pengamatan dari yang longgar-terbuka makin menjadi tertutup-terstruktur?
  • Bagaimanakah triangulasi dilakukan? dengan metode? dengan sumber? dengan beberapa peneliti?
  • bagaimanakah pelaksanaan diskusi sejawat? siapakah yang akan berperan serta?
  • Hal apakah yang akan dilakukan dalam menangani kasus negatif sehingga dapat dijelaskan dari segi fenomena yang diamati?
  • Kecukupan bahan apakah yang akan dikumpulkan?bagaimanakah hal itu dapat dicapai? kapan dan siapakah yang akan memanfaatkannya?
  • Bagaimanakah teknis pelaksanaan pengecekan anggota sewaktu para peneliti kembali kelapangan penelitian? diadakan beberapa kali dan bagaimana pelaksanaannya yang terakhir?
  • Bagaimanakah menyiapkan uraian rinci itu? informasi apakah yang dapat dikumpulkan untuk mengsintesiskan dalam uraian rinci itu?
  • Bagaimana merencanakan dan melaksanakan penjajakan auditing seperti kegiatan pemeriksaan keabasahan data terakhir guna memeriksa kriteria ketergantungan dan kepastian?

04 September 2008

Skripsi : Kualitatif dan Kuantitatif

Kualitatif berasal dari kata ’kualitas’ atau ’quality’ yang berarti mutu, sifat, ciri-ciri (Kamus Standar Lengkap Inggris-Indonesia; Dhanny R. Cyssco, penerbit Buana Ilmu Populer). Berarti, jika kita berbicara tentang kualitatif, berarti kita berbicara mengenai hal-hal yang bersifat mutu, ciri-ciri dan sifat sesuatu atau seseorang. Jika kita berbicara tentang sebuah meja, maka yang menjadi

bahan pembicaraan adalah ciri-ciri, sifat dan mutu meja tersebut. Apakah dia terbuat dari bahan kayu biasa, bermodel biasa dengan kaki empat dan jangkung atau dari bahan kayu jati kelas satu bermodel akar pohon berkaki menjuntai di-varnish secara sempurna sehingga tampak berkilau dan mewah. Di sini kita tidak menyinggung berapa banyak meja yang menjadi bahan pembicaraan, karena setiap meja memiliki ciri-ciri, sifat dan mutu tersendiri. Meskipun secara sepintas tampak mirip, sehingga kita bisa mengatakan bahwa semua meja itu sama saja, namun jika diperhatikan lebih seksama, akan ditemukan banyak sekali perbedaan-perbedaan dan deviasi karakter yang membuktikan bahwa setiap meja (meskipun dari bahan dan dibuat dengan cara yang sama) tak satu pun yang memiliki ciri-ciri, sifat dan mutu yang sama. Demikian pula jika kita berbicara mengenai manusia sebagai bahan pembicaraan atau kajian. Meskipun berasal dari latar belakang dan populasi yang sama, dipastikan bahwa tak satu pun yang memiliki sifat, ciri-ciri dan ’mutu’ yang sama.

Berangkat dari hal tersebut, maka Paradigma Kualitatif memandang suatu obyek (subyek) lebih kepada sifat dan ciri-ciri yang melekat pada obyek (subyek) tersebut. Berbeda dari Paradigma Kuantitatif yang lebih melihat kepada jumlah obyek dan cenderung menggeneralisasikan sesuatu, Paradigma Kualitatif tidak mengenal generalisasi dan sangat menghargai keunikan setiap obyek (subyek) yang diamati. Rachmat Kriyantono dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi (Penerbit Kencana, 2006) menyebutkan bahwa dalam paradigma kualitatif yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, dan bukan banyaknya (kuantitas) data. Lebih lanjut, Kriyantono menyebutkan bahwa semua riset yang menggunakan paradigma kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Sedangkan Bogdan dan Taylor (1975; dalam Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong, Penerbit Rosda, 2007) menyebutkan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pakar lain, Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen). Moleong sendiri secara simpel mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Sementara sebuah asumsi mengatakan bahwa dalam paradigma kualitatif, semakin subyektif sebuah penelitian, maka semakin obyektif penelitian tersebut (Engkus Kuswarno, Kuliah Riset Komunikasi MKOM-UMB, 2007). Hal ini menunjukkan ukuran obyektivitas penelitian kualitatif ditentukan oleh tingkat subyektivitas peneliti. Peneliti merupakan bagian dari instrumen penelitian, berbeda dengan paradigma kuantitatif di mana peneliti terpisah dari obyek yang ditelitinya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa riset-riset atau penelitian yang mengusung paradigma kualitatif memiliki ciri-ciri: kedalaman/eksploratif (Kriyantono), deskriptif (Bogdan & Taylor), alamiah (fenomenologis), interpretatif (Denzin & Lincoln), non-kuantitatif (Moleong), dan subyektif (Kuswarno).

Bagaimana dengan Kualitatif sebagai sifat data?

Jika Paradigma Kualitatif merupakan ’cara pandang’ yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan ’mutu’ suatu obyek (subyek), maka Data (yang bersifat) Kualitatif merupakan data yang dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan ’mutu’ obyek (subyek) yang bersangkutan. Berbeda dari data kuantitatif yang bersifat numerik, data kualitatif bersifat non-numerik (kata-kata deskriptif), seperti cantik, tampan, gagap, tampak kurang berpendidikan, reponsif, bagus sekali, lincah, mewakili anak muda zaman sekarang, dan lain-lain.

Apakah paradigma kualitatif dapat menggunakan data kuantitatif ?

Seperti dijelaskan di atas, terdapat perbedaan antara Kualitatif/Kuantitatif sebagai Paradigma/metode dan Kualitatif/Kuantitatif sebagai sifat Data. Paradigma adalah cara pandang atau pendekatan terhadap obyek (subyek), sedangkan Data adalah apa yang dihasilkan dari cara pandang tersebut. Jadi, Paradigma Kualitatif dapat menggunakan Data kuantitatif, demikian pula sebaliknya. Namun, biasanya, data-data tersebut merupakan data-data pendukung untuk memperkuat data-data utama yang telah dihasilkan dari paradigma yang sama. Misalnya, ketika mendeskripsikan sebuah fenomena pelacuran di suatu daerah tertentu, ditemukan informasi dari salah satu informan bahwa salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi. Informasi ini dapat diperkuat dengan data statistik yang telah ada mengenai persentasi tingkat kemiskinan masyarakat di daerah tersebut.

sumber: www.bambangsukmawijaya.wordpress.com

Penelitian Sebuah Langkah

Perkembangan Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah Berbagai Universitas Negeri dan Swasta di Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa paragraf yang saya temukan waktu baca-baca artikel dari internet. Menggelitik sekali! Namun memang kenyataannya sering kali terjadi dan beginner sering kali terjebak dalam kondisi seperti di bawah ini:

Hal yang sering terlupakan oleh mahasiswa adalah audience atau pembaca dari tulisannya. Strategi penulisan akan berbeda jika yang membaca adalah orang yang mengerti teknis (dosen, insinyur, teknisi) dan orang yang kurang mengerti teknis (umum). Thesis atau laporan tugas akhir ditujukan kepada orang yang mengerti teknis. Untuk itu isi dari laporan biasanya lebih teknis. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan harus pas. Jika anda menganggap bahwa pembaca seorang yang bodoh, maka pembaca akan merasa terhina (insulted).

Coba pikirkan penjelasan kalimat di bawah ini. Mari kita misalkan biaya produksi dari perangkat ini dengan bakso. Jika satu mangkok baso harganya 3000 rupiah, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli 1000 mangkok baso.

Bandingkan dengan kalimat di bawah ini.

Mari kita gunakan variabel x sebagai jumlah unit yang akan diproduksi. Biaya produksi sebuah unit adalah 3000 rupiah. Maka biaya produksi 1000 unit adalah 1000x.

Dengan menggunakan permisalan mangkok baso, maka anda telah menghina intelektual pembaca! Tentunya contoh di atas terlalu ekstrim. Kasus yang terjadi tidak se-ekstrim itu namun mendekati. Misalnya, di bidang saya (bidang digital), tidak usah menjelaskan Boolean logic pada bagian pendahuluan dari thesis anda. Anda hanya akan menghabiskan tempat dan menghina pembaca pada saat yang bersamaan. Di satu sisi yang lain, ada juga mahasiswa yang menulis dengan sangat kompleks sehingga justru sulit dimengerti. Mungkin dalam pikirannya adalah ilmu dan teknologi itu secara prinsip harus sulit, sehingga penjelasannya pun harus sulit dimengerti. Penulis yang baik adalah penulis yang dapat menjelaskan sesuatu yang sulit dengan cara yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Tentunya hal ini dilakukan dengan tanpa merendahkan intelektual pembaca.

Kondisi Skripsi Kualitatif

Menarik sekali hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007), yang meneliti tentang skripsi kualitatif para kandidat sarjana peserta sidang skripsi di lingkungan Fikom Unisba, periode 20-23 Agustus 2007. Ruang lingkup penelitian sendiri menyangkut: (1) tanggapan terhadap latarbelakang memilih metode kualitatif, (2) kapabilitas pengajar MPK dan dosen pembimbing dalam penguasaan metode kualitatif, (3) tingkat kesulitan mengerjakan metode kualitatif, dan (4) serta isu-isu lain yang perlu dicermati.
Berikut temuan hasil penelitiannya:

1. Faktor Alasan

Alasan dominan mengerjakan skripsi, menurut responden, adalah karena metode kualitatif memang sesuai dengan permasalahannya (83.33%). Seorang responden (5.55%) memilih metode kualitatif setelah berdiskusi dengan pembimbing dan koleganya. Sementara, dua responden lainnya (11.11%) menyatakan bahwa pemilihan metode tersebut didasari hasil pembacaan terhadap skripsi lain, yang kebetulan meneliti konsep atau gagasan yang sama.

2. Faktor Durasi

Hasil angket menunjukkan, 50% responden menyusun skripsi dalam jangka waktu yang sangat singkat untuk kategori skripsi kualitatif, yaitu kurang dari 4 bulan saja. Sementara itu, dua mahasiswa makan waktu lebih dari setahun untuk menyusun skripsinya (12.5 bulan dan 18 bulan). Masalah utamanya, menurut ybs., adalah karena tingkat kesulitan skripsinya (dengan metode interaksionisme simbolik) dan gangguan pekerjaan.

3. Sumber Pertama Mengenal Metode Kualitatif

Dosen mata kuliah metode riset (MPK) menjadi sumber pertama bagi mahasiswa dalam mengenal metode kualitatif (83.33%). Dosen mata kuliah lainnya, dosen wali, teman, dan lingkungan lain, sangat sedikit berperan.

4. Keistimewaan Metode Kualitatif.

Pilihan bahwa metode kualitatif itu istimewa karena tidak perlu menggunakan angka dan rumus hampir ada dalam setiap jawaban. Bahwa metode kualitatif dianggap istimewa karena dapat mengeksplorasi permasalahan lebih mendalam.

5. Kesulitan Metode Kualitatif

Minat menggunakan metode kualitatif dalam penelitian/skripsi, ternyata tidak ditunjang oleh sarana yang memadai. Mahasiswa mengeluhkan tidak adanya format penelitian yang baku.

6. Tentang Dosen Pembimbing

Ada kontradiktif tentang dosen pembimbing yang dinilai tidak banyak berperan sehingga menimbulkan kesulitan dalam penggarapan skripsi dengan metode kualitatif. Namun dalam indikator lain, mahasiswa justru sangat mengapresiasi peran dosen pembimbing.

7. Tentang Dosen MPK

Hanya 4 responden (22.22%) yang merasa dosen pengajar MPK sangat membantu memperkenalkan metode kualitatif! Setengah lainnya (9 responden), menganggap ‘biasa-biasa’ saja perannya. Bahkan ada jawaban ‘kurang membantu’ (22.22%) dan ‘tidak membantu’ 5.55%).

8. Tingkat kesulitan mengerjakan Skripsi Dengan Metode Kualitatif

Tingkat kesulitan responden tampaknya berbeda-beda, demikian pula bagian yang menurut responden paling sulit. Tapi membangun kerangka pemikiran dipilih paling banyak sebagai bagian skripsi yang paling sulit digarap (22.22%). Tiga responden memilih perumusan latar belakang sebagai bagian tersulit (16.67%). Dua responden tersandung pada ‘analisis’ dan ‘penyimpulan’, sisanya mengaku bagian tersulit adalah pada metodologi, pengumpulan data, dan penyusunan laporan penelitian (dalam bentuk skripsi).

9. Manfaat Meneliti Dengan Metode Kualitatif

Secara umum terbagi menjadi dua kategori: a) Manfaat metodologis. Peneliti yang mendapatkan manfaat metodologis umumnya mengaku menjadi lebih memahami seluk-beluk penelitian kualitatif baik dalam tataran praktik maupun teoritik. B) Manfaat personal. Manfaat personal umumnya tertuju pada pengalaman yang diperoleh pengembangan pribadi.

Terakhir, penelitian ini ingin mengetahui apakah metode kualitatif memang layak untuk terus diajarkan, dan perlu diberi tambahan porsi waktu. Hasilnya 100 persen menjawab perlu.

Sepenggal Nasihat buat yang Skripsi


Sudah bertahun-tahun saya berdampingan dengan teman-teman, adik-adik dan bapak-bapak, ibu-ibu juga kakak-kakak dalam mengerjakan skripsi, tesis maupun disertasi masing-masing. Sampai sekarang pun pun masih tetap seperti itu.

Banyak juara yang saya temui

Juga banyak pecundang saya dapati

Wujud juara yang saya maksudkan adalah mereka-mereka yang sukses menyelesaikan skripsi, tesis juga disertasi dengan tenggang waktu yang semestinya. Sedangkan pecundang adalah kebalikan dari juara, termasuk mereka yang menyelesaikan skripsi dengan predikat pertimbangan, ‘pertimbangan kasihan’, ‘pertimbangan faktor X’ dan pertimbangan lainnya (tentunya wujudnya adalah molor).

Mengapa saya sebut sebagai juara? Terus terang berdasarkan pengalaman yang saya jumpai, banyak terdapat kesuksesan lain yang siap menanti para peneliti yang mampu menyelesaikan penelitiannya dengan tepat waktu. Sebagai contoh, wisuda yang semakin cepat, mendapatkan ijazah juga semakin dekat. Sehingga banyak kenyataan mereka yang selesai skripsi dengan cepat, wisuda dan kemudian mendapat pekerjaan. Sementara teman-teman mereka yang molor skripsinya masih berkutat di kampus sambil melihat teman-temannya sudah sukses.

Kalau saya lanjutkan lagi, mereka yang mendapat pekerjaan kemudian menikah dan melanjutkan kehidupan berkeluarga dengan perhitungan waktu usia memadai. Sedangkan untuk yang molor di kampus akan lebih tertinggal.

Dengan kenyataan di atas, semoga rekan-rekan yang akan atau sedang menyusun skripsi, tesis maupun disertasi akan lebih semangat dalam berusaha menyelesaikan tugas penelitiannya. Karena dengan lebih giat berusaha, kemungkinan cepat terselesaikannya penyusunan skripsi akan lebih besar.

Terus terang saya prihatin dengan saudara-saudara yang terjebak dalam keadaan tersebut, yang akhirnya menghambat pekerjaan yang menanti di depan. Sekali lagi, waktu itu tidak bisa mundur, waktu hanya bisa melibas dan menggilas. Kalau ada pepatah:

Waktu ibarat pedang...

Jika kau tidak bisa memotongnya, niscaya engkau yang terpenggal..

Mungkin ada benarnya, tapi bagi saya waktu tidak bisa dipotong atau dihentikan, yang ada adalah waktu harus kita dahului. Ibarat pelari, kita harus selalu di depan, minimal selangkah di depan waktu dan menjadi pemenang.

Adapun langkah realistis yang paling tepat menurut saya adalah:

  1. Buat perencanaan, baik yang jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
  2. Waktu tidur dan aktivitas yang baik ditambah dengan sebuah rencana strategis sebelum tidur (tidur untuk besok malam adalah permulaan evaluasi pekerjaan yang sudah kita selesaikan di hari ini).
  3. Jangan lupa berdoa sesudah menyelesaikan draf rencana strategis dan evaluasi.

Semoga dengan sedikit tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua, baik yang sedang mengerjakan skripsi, maupun tugas-tugas lainnya. Semoga kita semua termasuk pemenang dan terhindar dari golongan orang-orang yang merugi. Amin.

Tulisan Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *